Namun, terkadang ekspektasi terasa bagai beban, sehingga beberapa dari mereka justru gagal mengeluarkan potensi maksimal. Berikut ini sepuluh bintang yang masuk kategori flop di babak penyisihan Euro
Mario Balotelli (Italy) |
Sulit menerka apakah Balotelli bakal menunjukkan sisi positif atau negatifnya dalam sebuah pertandingan. Striker Manchester City ini memang menyumbang gol -- yang tercipta secara cantik pula -- dalam kemenangan 2-0 atas Republik Irlandia di laga terakhir grup.
Tetapi, andai Super Mario bisa menunjukkan kebrilianannya sejak awal dan tidak menyia-nyiakan sejumlah peluang emas yang berpotensi menghadirkan tripoin ketika menghadapi Spanyol dan Kroasia, mungkin Italia tak perlu bergantung pada hasil pertandingan lain untuk melangkah ke delapan besar.
Karim Benzema (Prancis) |
Walau kalah subur dari Cristiano Ronaldo, performa Benzema di Real Madrid musim lalu terbilang eksepsional. Total 32 gol disarangkannya di semua kompetisi. Pantaslah jika Prancis menggantungkan asa di lini depan kepada Benzema.
Mantan bomber Olympique Lyon ini memang telah mengirimkan sepasang assist -- seluruhnya dalam kemenangan 2-0 atas Ukraina, tapi belum mampu menunaikan tugas utama sebagai pengoyak jala lawan di fase grup. Les Blues masih mengharapkan lebih darinya.
Chirstian Eriksen (Denmark) |
Menjalani musim impresif bersama Ajax Amsterdam, tak sedikit yang memprediksi Eriksen bakal menunjukkan kilaunya sebagai bintang masa depan di Euro 2012.
Namun, youngster 20 tahun ini ternyata masih terlalu hijau. Kendati Tim Dinamit sempat meledak dengan menumbangkan Belanda 1-0 di laga awal, kontribusi Eriksen terbilang minim. Pun di dua pertandingan berikutnya, di mana armada Morten Olsen takluk 3-2 dari Portugal serta 2-1 kontra Jerman dan gagal melaju ke ronde perempat-final.
Patrice Evra (Prancis) |
Menjadi punggawa reguler dan wakil kapten Manchester United serta punya jam terbang tinggi di level internasional ternyata tak memberikan garansi buat Evra sebagai pilihan utama Prancis di sektor bek kiri pada Euro kali ini.
Setelah melihat Gael Clichy bersama Manchester City merebut gelar Liga Primer Inggris dari tangan The Red Devils musim kemarin, kini Evra juga mesti pasrah posisinya di timnas diambil alih eks pemain Arsenal itu.
Ya, l'entraineur Laurent Blanc hanya memberinya kesempatan bermain di partai pertama melawan Inggris. Kurang terkesan dengan penampilan pemain 31 tahun itu, sang bos lebih mempercayai Clichy pada dua laga berikutnya, dengan Evra menjadi penghangat bangku cadangan, mungkin termasuk di fase knock-out.
Robert Lewandoski (Polandia) |
Memberikan harapan buat publik Polandia, setelah itu menghilang. Golnya ke gawang Yunani, yang memecah kebuntuan di laga perdana, memang menjadi kontribusi tunggal Lewandowski untuk sang co-host di Euro 2012.
Selepas Yunani menyeimbangkan kedudukan 1-1, yang kemudian menjadi skor akhir, striker Borussia Dortmund ini gagal memberikan impak positif guna mengantar timnya membukukan kemenangan. Performa jelek pemain 23 tahun ini berlanjut saat Polska imbang 1-1 versus Rusia dan dibekuk Republik Ceko 1-0.
Kendati skuat Franciszek Smuda tak sementereng Dortmund, rakyat Polandia barangkali tetap kecewa Lewandowski sebagai tumpuan utama tak mampu menunjukkan konsistensi membobol gawang lawan seperti bersama Die Schwarzgelben musim lalu.
Yann M'Vila (Prancis) |
Diyakini bakal menjadi pilar utama sektor tengah Prancis di Polandia-Ukraina, beberapa saat sebelum turnamen M'Vila dibekap cedera sehingga mesti absen pada laga pertama versus Inggris. Ia akhirnya diturunkan sebagai pemain pengganti melawan Ukraina, ketika Les Blues sudah unggul 2-0.
Sayang, penampilan gelandang 21 tahun ini relatif mengecewakan. Sama sekali tak terlihat kecemerlangan yang kerap dipertontonkannya kala merumput bersama Rennes, yang membuatnya diincar oleh klub top Inggris seperti Arsenal.
Pada partai pamungkas penyisihan, di mana ia menjadi bagian starting XI mengisi tempat Yohan Cabaye yang sebetulnya tampil apik kontra Ukraina, M'Vila kembali gagal menyuguhkan performa impresif menghadapi lini tengah Swedia. Tim Ayam Jantan tumbang 2-0 di laga tersebut, meski tetap lolos ke delapan besar.
Lukas Podolski (Germany) |
Merayakan cap ke-100 dengan sebuah gol dalam kemenangan 2-1 atas Denmark di laga pamungkas grup tak dapat menyembunyikan performa Podolski yang di bawah standar di dua pertandingan perdana.
Meski Jerman juga menuai poin penuh pada sepasang duel kontra Portugal dan Belanda itu, penampilan tak maksimal striker yang diposisikan sebagai winger di timnas ini membuat serangan Die Nationalelf dari sisi kiri jadi kurang menggigit.
Arjen Robben (Belanda) |
Gagal meraih titel bersama Bayern Munich, Robben membidik trofi Henri Delaunay dengan timnas Belanda sebagai pengobat kekecewaan. Sayang, kekecewaan itu justru semakin bertambah lantaran langkah Si Jingga, yang termasuk salah satu favorit, sudah terhenti di babak grup.
Robben sendiri rasanya layak dikategorikan salah satu pemain berpenampilan terburuk dalam skuat Bert van Marwijk. Dalam beberapa kesempatan ego tingginya masih kerap terlihat dengan memaksakan menembak walau rekan setim punya posisi lebih bagus.
Tentu tak masalah jika aksi tersebut membuahkan hasil. Faktanya, dari total selusin tembakan yang dilepaskan pemain 28 tahun ini di tiga laga, hanya tiga yang tepat sasaran, dan seperti diketahui, Robben mengakhiri turnamen tanpa sekali pun menggetarkan jala lawan.
Wojciech Sczcesny (Polandia) |
Nihil aksi penyelamatan, membikin blunder yang berujung gol penyama kedudukan Yunani, serta melakukan satu kesalahan lagi yang nyaris berakibat fatal buat Polandia dengan melanggar Dimitris Salpigidis di kotak rawan dan membuatnya dikartu merah langsung.
Kiprah perdana Szczesny di pentas mayor internasional, yang hanya ia lakoni selama 68 menit, bagaikan mimpi buruk. Situasi penjaga gawang Arsenal itu kian buruk setelah sang deputi, Przemylaw Tyton, yang di level klub juga "cuma" kiper cadangan PSV Eindhoven, ternyata bisa membereskan masalah yang dihasilkan Szczesny dengan memblok penalti Giorgos Karagounis.
Seusai pertandingan pembuka yang berakhir 1-1 itu, Szczesny, yang otomatis terkena suspensi di partai kedua, mengaku tak yakin dirinya bakal dipercaya turun di bawah mistar lagi oleh pelatih Franciszek Smuda pada laga ketiga. Kekhawatiran pemuda 22 tahun itu akhirnya terbukti.
Robin Van Versie (Belanda) |
Setelah menyabet predikat topskor EPL dengan 30 gol, Belanda tentu amat berharap Van Persie dapat memamerkan ketajamannya di Piala Eropa demi mewujudkan target menjadi kampiun. Harapan tinggal harapan. Ekspektasi tersebut tak mampu dijawab RvP.
Selalu bermain penuh di tiga pertandingan, kapten Arsenal ini cuma bisa melesakkan satu gol dan gagal menghindarkan De Oranje dari aib tersingkir di fase penyisihan tanpa poin.
Sumber : Goal.com
$ GLORY GLORY MANCHESTER UNITED $
0 comments:
Post a Comment